“I Am the Pretty Thing That Lives in the House” (2016) adalah film horor psikologis yang disutradarai oleh Oz Perkins, yang juga dikenal karena karya-karya film horor dan thriller lainnya. Film ini dibintangi oleh Riley Keough, Lucy Boynton, dan Paula Prentiss. Berikut adalah ulasan film ini:
Sinopsis
Film ini mengikuti Lily Saylor (Riley Keough), seorang perawat muda yang dipekerjakan untuk merawat seorang penulis horor yang sudah lanjut usia bernama Iris Blum (Paula Prentiss). Selama tinggal di rumah yang tua dan besar, Lily mulai mengalami kejadian-kejadian aneh dan menakutkan. Rumah tersebut, yang dulunya adalah lokasi kejadian tragis, menyimpan rahasia kelam yang perlahan-lahan terungkap, dan Lily harus menghadapi teror yang mengancam jiwanya.
Ulasan
1. Cerita dan Naskah: Naskah film ini, yang ditulis oleh Oz Perkins, menawarkan pendekatan yang atmosferik dan penuh misteri dalam genre horor. Cerita ini berfokus pada suasana dan pengembangan karakter, dengan penekanan pada psikologi dan ketegangan. Meskipun film ini mengeksplorasi tema-tema klasik seperti rumah berhantu dan kekuatan supernatural, alurnya bisa terasa lambat dan lebih berfokus pada membangun suasana daripada memberikan kejutan atau aksi yang intens. Penulisan cerita yang menekankan suasana hati dan misteri bisa menjadi kekuatan dan kelemahan, tergantung pada ekspektasi penonton terhadap film horor.
2. Akting: Riley Keough memberikan penampilan yang menenangkan dan penuh perasaan sebagai Lily. Keough berhasil menyampaikan keraguan dan ketakutan karakter utamanya dengan cara yang mengesankan. Paula Prentiss sebagai Iris Blum juga memberikan performa yang kuat dan misterius, menambah kedalaman pada karakter dan suasana film. Penampilan para aktor mendukung tema dan mood film dengan baik, memberikan kontribusi pada keseluruhan pengalaman menonton.
3. Sinematografi dan Visual: Sinematografi film ini, yang dikerjakan oleh Julie Kirkwood, sangat menonjol dengan visual yang atmosferik dan suram. Pengambilan gambar yang cermat dan pencahayaan yang redup membantu menciptakan suasana yang mencekam dan menambah ketegangan film. Rumah tua dan setting yang digunakan memberikan nuansa nostalgia dan horror yang mendalam, memperkuat tema dan mood film.
4. Musik dan Suara: Skor musik film ini, yang digubah oleh Julius O’Hara, berfungsi untuk menambah ketegangan dan suasana misterius film. Musik dan desain suara membantu membangun suasana yang mengganggu dan menyentuh, menciptakan pengalaman yang imersif. Efek suara juga mendukung elemen horor dengan memberikan dampak pada momen-momen penting dalam film.
5. Penyutradaraan dan Keseluruhan: Oz Perkins, sebagai sutradara, menghadirkan pendekatan yang atmosferik dan artistik terhadap genre horor. Penyutradaraannya fokus pada pembentukan suasana dan ketegangan, dengan perhatian pada detail dan nuansa emosional. Meskipun film ini mungkin tidak memiliki banyak elemen horor yang eksplisit atau aksi, Perkins berhasil menciptakan suasana yang menegangkan dan menambahkan kedalaman pada cerita.
Kesimpulan: “I Am the Pretty Thing That Lives in the House” adalah film horor psikologis yang menonjol dalam hal atmosfer dan suasana. Dengan penampilan yang kuat dari Riley Keough dan Paula Prentiss, serta sinematografi dan musik yang mendukung, film ini menawarkan pengalaman yang mencekam dan penuh misteri. Meskipun alur cerita mungkin terasa lambat bagi sebagian penonton, pendekatan film ini terhadap tema horor yang psikologis dan atmosferik memberikan pengalaman yang unik dan menyentuh bagi penggemar genre yang menghargai suasana dan ketegangan lebih dari aksi yang eksplisit.